Pendampingan yang Berarti untuk Guru PAUD di Sarmi

Pendampingan yang Berarti untuk Guru PAUD di Sarmi

Mengabdi sebagai seorang guru Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Sarmi, Papua adalah sebuah pekerjaan besar dan mulia. Banyak tantangan harus dilewati baik di dalam maupun luar kelas. Oleh karena itu, banyak dukungan yang dibutuhkan agar kegiatan belajar-mengajar benar-benar berkontribusi pada perkembangan siswa. Salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah pendampingan untuk memperluas wawasan tenaga pendidik di daerah-daerah terjauh seperti Kabupaten Sarmi.  

Ibu Yunita (39 tahun), seorang guru PAUD di salah satu desa, memiliki hati yang besar untuk terus mendidik anak-anak. Namun, ia pun membutuhkan dukungan dan wawasan agar dapat mengajar dengan lebih kreatif dan inovatif. Desa tempat Ibu Yunita mengabdi merupakan salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia. Melalui proyek SEEDS (Supporting Early Education and Development Success), WVI mengadakan pelatihan untuk guru-guru. Dalam sesi-sesi pelatihan, para tenaga pendidik sama-sama mencoba menjadi lebih kreatif dalam memperkenalkan literasi pada anak-anak. 

“Setelah ikut pelatihan, banyak perubahan. Materi-materi yang diberi sangat membantu saya di PAUD. Misalnya, saya mulai membuat presensi dengan cara membuat kartu berbentuk hati tetapi ada abjadnya, yang nantinya ditempel di dinding di sebuah pohon presensi. Kegiatan ini membuat anak bisa mengenal huruf awal dari nama mereka,” ungkapnya. 

Selain membutuhkan pendampingan, tenaga pendidik seperti Ibu Yunita juga merasa peran seperti ini jarang diminati masyarakat. Saat ini, hanya Ibu Yunita yang menjadi tenaga pendidik PAUD di desa. Sebelumnya ada empat orang tenaga pendidik namun karena alasan ekonomi dan ketersediaan waktu, hanya Ibu Yunita yang masih terus setia mengajar anak-anak di PAUD. Kesulitan mencari tenaga pendidik di daerah merupakan isu yang berdampak panjang. Untuk mengisi kebutuhan ini, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang ada di masyarakat seperti pemerintah lokal, tokoh-tokoh masyarakat, dan lembaga-lembaga lain. 

Wawasan baru yang ia terima dari pelatihan yang WVI inisiasi dapat kembali meningkatkan semangatnya untuk terus mengajar meskipun semua hal dikerjakan sendiri. Hal-hal sederhana tapi kreatif dan bermakna ini ternyata membangkitkan sukacita bagi anak didiknya. “Sekarang, setiap kegiatan yang kami buat, anak-anak di PAUD senang.  Anak-anak jadi tidak hanya mewarnai saja, tetapi bermain seperti yang sudah diajarkan waktu pelatihan. Lewat Alat Peraga Edukatif (APE) juga anak-anak belajar. APE-nya pakai bahan alam yang ada di sekitar,” tutur Ibu Yunita. 

Selain mulai mengajar dengan lebih kreatif, Ibu Yunita juga mulai mencoba berinovasi. Salah satu area di kelas kecilnya ia ubah menjadi sebuah pojok baca sederhana. “Saya juga sudah membuat pojok baca tetapi masih banyak kekurangan, namun ilmu dari WVI sangat membantu saya untuk mulai mencoba membuat pojok baca,” ujarnya. 

Bagi Ibu Yunita, menjadi tenaga pendidik di PAUD memang membutuhkan panggilan dan kesabaran ekstra. Namun, selain itu, tenaga pendidik juga perlu terus diperlengkapi dengan ilmu-ilmu baru agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Hal-hal inilah yang dapat terus menjaga semangat seorang guru dalam mewujudkan harapan anak-anak Papua yang lebih terampil membaca. 

 

 

Penulis: Denny Alfredo Yaas (Fasilitator lapangan proyek SEEDS untuk area Sarmi) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait