Anak Sehat dan Bersih karena Ada Akses Air di Rumah

Hingga tahun 2023, salah satu desa di Kabupaten Manggarai Timur masih harus memanfaatkan air tadah hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Jika musim kemarau, mereka harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk bisa mencapai sumber air. Bahkan mereka juga ada yang memanfaatkan air kubangan saat puncak musim kering tiba. Akses air bersih belum merata dinikmati semua anak dan masyarakat.
Ada beberapa dusun yang sudah memiliki fasilitas air bersih yang telah dibangun melalui program pemerintah. Namun, mereka harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan air karena volume air yang minim. Akibatnya, banyak masalah kesehatan yang timbul dan berdampak besar bagi kesehatan anak.
Yosep, selaku Kepala Desa, dalam diskusi pertemuan awal dengan Wahana Visi Indonesia dan Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng pada tahun 2023 menuturkan, “Di desa ini, kami masih memiliki tantangan berkaitan dengan sulitnya mendapatkan air bersih karena terbatasnya mata air, dan kalaupun ada, mata air itu letaknya lebih rendah dari desa kami. Sehingga masyarakat harus mengambil air turun langsung ke mata air atau ke sungai untuk mencuci. Hal ini menyebabkan desa kami terlihat kurang bersih dan menimbulkan masalah sosial lainnya. Anak-anak juga mengalami masalah kesehatan, orang tua tidak dapat menjamin kebersihan anak, dan tanam sayur di sekitar rumah untuk makanan bergizi juga tidak tumbuh karena sulit air,”. Air memang menjadi kebutuhan dasar yang penting untuk kehidupan manusia.
Dengan banyaknya masalah dan keresahan tersebut, pemimpin desa yang akrab disapa Pak Yos ini kemudian mengajak WVI dan Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng untuk bekerja sama membantu masyarakat desa mengatasi sulitnya pemenuhan akses air bersih ini. “Kami bukannya tidak bisa bangun air bersih. Kami punya dana desa dan kami pemerintah desa punya komitmen untuk mengerjakannya, tapi kami butuh dukungan teknis dan kami harapakan WVI dan Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng membantu secara teknis untuk membangun pipanisasi jaringan air bersih. Ada kendala-kendala teknis yang kami hadapi seperti, letak mata air yang rendah dan kendala lainnya. Kalau kita mau wujudkan kesejahteraan anak, mari kita mulai dari menyediakan akses air bersih untuk semua,” jelasnya.
Pada awal tahun 2024, WVI, Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng, dan Pastor Paroki Lawir bersama Pemerintah Desa memutuskan untuk bekerja sama dan mencanangkan kegiatan pembangunan pipanisasi jaringan air bersih dengan konsep swadaya masyarakat. Tujuan utamanya, air bersih dapat menjangkau seluruh wilayah desa.
Diawali dengan kegiatan musyawarah bersama perwakilan masyarakat, pembangunan jaringan air bersih ini kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pelatihan Organisasi Pengelola Air Minum Desa (OPAM) yang difasilitasi oleh WVI. OPAM menjadi penanggungjawab jalannya pembangunan hingga pemeliharaannya nanti. Keberadaan OPAM sangat penting karena jaringan air bersih ini berasal dari masyarakat, untuk masyarakat.
Proses pembangunan fasilitas jaringan air bersih ini kemudian dikerjakan bersama secara gotong royong oleh pemerintah desa dan masyarakat. WVI dan mitra Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng berkontribusi menyediakan bahan kebutuhan pembangunan dan bantuan teknis, pemerintah desa memfasilitasi dana dan proses pengerjaan fasilitas, sedangkan masyarakat gotong royong melakukan penyambungan dan penimbunan pipa ke seluruh wilayah.
Setelah mengarungi proses pengerjaan selama 2 bulan, pada bulan Juli 2024 akhirnya anak dan masyarakat desa dapat menikmati hasilnya. Mereka dapat menimba air bersih melalui keran-keran umum yang telah dibangun di dekat area rumah. Setiap tugu air diperuntukan bagi 4-5 keluarga. Masyarakat sangat senang karena sebelumnya mereka harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan air bersih, tetapi sekarang mereka bisa mendapatkannya dengan jarak dekat. Selain itu, mereka tidak perlu mengantri terlalu lama. “Kami sangat senang. Sebelumnya kami sangat susah air. Sekarang kami bisa puas menggunakan air untuk mandi, cuci, dan bersih rumah. Dekat dengan rumah pula,” aku seorang kader Posyandu, Ibu Beatiks. “Anak-anak juga sekarang terlihat bersih kalau datang Posyandu ataupun yang sekolah,” imbuhnya.
Fasilitas air bersih di desa ini pun diresmikan oleh PJ Bupati Manggarai Timur pada 23 Juli 2024, bertepatan dengan Hari Anak Nasional. Sejalan dengan komitmen dari Pak Yos yang dinyatakan sebelum proses pengerjaan, bahwa pembangunan fasilitas air bersih ini juga menjadi hadiah bagi seluruh anak di desa.
Kini, setelah air bersih tersedia, keluarga-keluarga dan anak-anak di desa ini mulai mengalami perubahan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mulai terlihat dan mengalami kemajuan. Pemerintah Desa, WVI, dan Puskesmas Lawir menyelenggarakan monitoring PHBS anak dan keluarga di sesi Pos Gizi. Hasilnya, anak-anak terlihat lebih bersih dan rapi menghadiri sesi Pos Gizi. Perubahan lain yang terlihat adalah adanya kebun gizi keluarga di setiap pekarangan rumah. Banyak keluarga yang menanam sayur di sekitar rumah karena didukung oleh tersedianya air bersih untuk pengairan kebun. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya membawa dampak positif bagi anak-anak kurang gizi. Dari hasil penimbangan akhir Pos Gizi, 70% anak-anak peserta Pos Gizi mengalami perkembangan gizi yang baik selama tiga bulan. Bagi anak-anak sekolah, mudahya mendapatkan air bersih memberi perubahan besar yaitu, mereka tidak harus ikut mengambil air bersih dengan jarak yang jauh terutama di pagi hari saat akan ke sekolah.
“Kami ucap terima kasih kepada WVI, Tim Pastoral Anak Keuskupan Ruteng, dan Romo karena pengerjaan jaringan air bersih ini sudah menjawab impian kami, terutama anak-anak. Kami sangat bahagia,” ungkap Pak Yos dan para tokoh adat saat diadakan acara ritus kepok adat (acara adat untuk ucapan terima kasih) karena pembangunan air bersih telah terwujud di desa.
Penulis: Egbert Mbusa (Koordinator Program kantor operasional WVI di Manggarai Timur)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)