Kader Posyandu Berhasil Membawa Perubahan Pengasuhan

Ester adalah salah seorang kader Posyandu dari sebuah desa di wilayah Kabupaten Kupang yang penuh semangat dalam melayani masyarakat, terutama ibu dan anak. Sebelum mengikuti pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), ia merasa pengetahuannya dalam memberikan edukasi kepada para orang tua masih terbatas.
Mengikuti pelatihan PMBA menjadi sebuah pengalaman yang sangat bermakna bagi Ester. Ia mendapatkan pemahaman mendalam tentang pentingnya pemenuhan gizi yang tepat bagi bayi dan anak untuk mencegah stunting, yang menjadi salah satu masalah utama di komunitasnya. Dengan materi yang komprehensif dan alat bantu seperti kartu konseling, Ester merasa lebih percaya diri dan siap untuk menyampaikan informasi yang benar kepada para orang tua. ”Melalui kegiatan PMBA yang saya ikuti ini, saya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang benar dalam pemberian makan kepada bayi dan anak sesuai dengan usia. Terima kasih juga karena kegiatan ini sangat memberi manfaat bagi saya bagaimana melakukan konseling PMBA yang baik dan benar bagi orang tua atau pengasuh bayi dan anak juga kepada ibu hamil, ibu menyusui,” ucap Ester.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Ester adalah ketika ia mengedukasi orang tua tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat untuk bayi usia 6 bulan ke atas. Di lingkungannya, masih banyak orang tua yang hanya memberikan bubur putih dan sedikit garam karena takut bayi mereka sakit perut. Melalui kartu konseling 12–16, Ester menjelaskan pentingnya variasi makanan, termasuk makanan empat bintang yang terdiri dari sumber protein hewani kaya zat besi, karbohidrat, kacang-kacangan, buah, dan sayuran, serta makanan selingan. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan dan melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia dua tahun.
Perubahan lainnya yang dirasakan Ester adalah dalam hal menyusui. Ia menyaksikan sendiri bagaimana banyak ibu yang keliru dalam memosisikan bayi saat menyusu atau merasa produksi ASI mereka kurang, sehingga ingin segera memberikan MP-ASI bagi anak yang belum mencapai usia 6 bulan. Dengan bantuan kartu konseling 6 dan 7, Ester kini mampu memberikan edukasi tentang pelekatan yang baik dan posisi menyusui yang benar. Ia merasa sangat bersyukur ketika melihat seorang ibu berhasil mempraktikkan teknik menyusui yang diajarkannya dan merasakan manfaatnya—bayinya menjadi lebih nyaman dan menyusu lebih lama.
Bagi Ester, pelatihan PMBA bukan sekadar program singkat, tetapi sebuah investasi jangka panjang yang berdampak nyata di lapangan. Ia percaya bahwa kader Posyandu seperti dirinya adalah ujung tombak dalam menjangkau para orang tua, dan PMBA memberikan alat serta pengetahuan yang sangat dibutuhkan untuk itu.
Ester berharap pelatihan ini bisa terus dilanjutkan dan bahkan dilakukan secara berkala, minimal dua kali dalam setahun, agar para kader bisa lebih menguasai materi dan memberikan pelayanan yang lebih berkualitas. Ia menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada WVI dan GMIT atas pelatihan yang telah mengubah cara pandangnya dalam pelayanan, sekaligus memperkuat perannya sebagai agen perubahan di komunitasnya. “Terima kasih saya ucapkan untuk WVI dan GMIT yang telah memberikan pelatihan ini bagi kami kader Posyandu. Pembelajaraan tentang PMBA sangat bermanfaat bagi saya secara pribadi sebagai kader posyandu karena saya merasa kami sebagai kader yang lebih sering berjumpa langsung dengan para orang tua bayi dilingkup pelayanan kami,” ungkapnya.
Penulis: Delsi Tooy (Fasilitator Pengembangan GMIT, mitra operasional WVI di Kabupaten Kupang)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)