Kader Posyandu, Garda Terdepan Cegah Stunting

Kader Posyandu, Garda Terdepan Cegah Stunting

“Kalau bisa, setelah melahirkan sebaiknya anak langsung ditaruh di atas ibunya kan, Bunda-bunda. Supaya bisa langsung mendapatkan kolostrum juga, ASI pertama yang berwarna kuning itu,” ujar Bunda Atika. Ia memberi penjelasan dalam diskusi kelompok dengan topik "Ibu Menyusui”. Bunda Atika adalah salah satu kader di salah satu desa di Kabupaten Bengkulu Selatan yang mengikuti orientasi PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) selama empat hari di bulan November 2024. Orientasi PMBA ialah orientasi pertama yang diikuti oleh Bunda Atika (27 tahun) setelah menjabat sebagai kader Posyandu. 

“Saya senang sekali mengikuti orientasi ini karena banyak hal yang saya pelajari khususnya terkait ASI yang sangat penting bagi bayi dan ibu. Satu hal yang saya ingat bahwa ASI itu gratis, daripada membeli susu formula yang mencapai ratusan ribu di toko. Jadinya ibu-ibu yang sedang menyusui dapat menyimpan penghasilannya dan membeli bahan makanan yang beragam misalkan beras, ikan, tahu, tempe, sayuran hijau, dan buah-buahan dengan porsi yang berbeda dibandingkan dengan ketika dia masih belum hamil. Kan, kalau sudah menyusui jadinya ibu juga harus memenuhi kebutuhan sama bayinya. Jadi untuk dua orang, bukan hanya satu lagi,” ujar Bunda Atika. 

Orientasi PMBA yang diikuti oleh Bunda Atika difasilitasi oleh Wahana Visi Indonesia, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan. Orientasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kader Posyandu dalam memberikan pendidikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, hingga ibu atau pengasuh anak di bawah usia dua tahun (baduta). Harapannya, kader Posyandu dapat menyampaikan informasi yang akurat tentang pemberian makan yang sesuai dan tepat dalam fase-fase krusial kehidupan anak.  

Hal ini menjadi sangat penting karena kader-kader Posyandu adalah garda terdepan dalam memberikan dan mendukung Pelayanan Kesehatan Dasar di masyarakat. Kader Posyandu yang memiliki keterampilan dan pengetahuan gizi yang baik dapat berkontribusi dalam pencegahan masalah gizi, khususnya stunting di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK). 

“Saya juga belajar bagaimana proses menyusu dan menyusui yang sesuai. Dengan menggunakan boneka bayi dan juga boneka payudara yang dibuat ketika kegiatan di hari ke-2, jadinya lebih tahu bagaimana teknik yang sesuai supaya mencegah lecet atau luka di ibu. Boneka ini juga dapat kami gunakan nantinya ketika melakukan kunjungan rumah. Biasanya kalau sambil praktik langsung, lebih mudah nantinya diikuti oleh ibu-ibu,” tuturnya. 

Selain boneka bayi dan payudara yang jadi alat peraga, terdapat media edukasi dan komunikasi lain berupa kartu konseling PMBA yang dibagikan kepada masing-masing Posyandu. Alat dan materi ini akan menjadi bekal yang membantu kader dalam melaksanakan tugasnya di desa-desa. Media-media ini juga dapat digunakan saat Posyandu, khususnya di Langkah 5, di mana kader Posyandu bertugas memberikan penyuluhan kesehatan. 

Di akhir kegiatan orientasi PMBA, Bunda Atika memiliki harapan dan mimpi bagi tugas mulianya sebagai kader. “Saya optimis, saya bisa, supaya dapat mencegah kasus-kasus gizi kurang. Saya tentunya ingin melihat anak-anak di desa semua sehat!” pungkas Bunda Atika. Benar yang dikatakan oleh Bunda Atika, semua yang didapatkan di orientasi perlu diimplementasikan dengan baik dan benar di desa-desa sebagai langkah awal mecegah stunting. Hal ini juga selaras dengan usaha dari pemerintah nasional yang mengendepankan pencegahan sebelum terjadinya masalah gizi melalui promotif kesehatan. 

 

 

Penulis: Gloriana Seran (Spesialis MCHN untuk zona Sambawa) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait