Kolaborasi untuk Pendidikan Berkualitas di Halmahera Utara

Kolaborasi untuk Pendidikan Berkualitas di Halmahera Utara

Sekolah adalah salah satu aspek terdekat dan terpenting dalam ekologi hidup seorang anak. Sebagian besar perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak terasah di sekolah melalui pendampingan dari para tenaga pendidik. Guru, kepala sekolah, komite, dan pengurus unit-unit lain di sekolah menjadi penentu kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Sekolah selayaknya menjadi tempat yang menyenangkan dan aman untuk anak mengembangkan potensi semaksimal mungkin. 

“Kalau mau cari murid yang berkualitas, guru juga harus berkualitas,” tegas Bupati Kabupaten Halmahera Utara Pit Hein Babua, saat menerima kunjungan dari tim program KREASI di kantornya. Ia melanjutkan, “Dalam lima tahun ke depan, pendidikan jadi salah satu fokus kami, yang sesuai juga dengan RPJMN. Untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan karakter anak, kami membutuhkan kolaborasi dengan berbagai lembaga kemanusiaan seperti ini. Agar daerah ini bukan hanya dibangun oleh pemerintah sendiri tapi bersama-sama,”. 

Dalam kunjungan tersebut, Bupati Kabupaten Halmahera Utara juga menjelaskan bahwa program kerja pemerintah setempat untuk sektor pendidikan akan fokus pada tiga hal yakni, pengembangan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan kualitas tenaga pendidik, dan pengembangan sekolah-sekolah yang mengutamakan perlindungan anak. Program kerja pemerintah setempat ini beririsan dengan tujuan utama program KREASI atau Kolaborasi untuk Edukasi Anak Indonesia yaitu, mempercepat peningkatan pendidikan literasi, numerasi, dan karakter bagi siswa pra-sekolah dan Sekolah Dasar di delapan kabupaten di Indonesia, termasuk salah satunya adalah Halmahera Utara. Bupati berharap, kolaborasi baik ini dapat menjadi awal peningkatan kualitas tenaga pendidik di SD/MI dan PAUD yang berada di Halmahera Utara. 

 

Tenaga Pendidik Perlu Terus Belajar untuk Mengajar 

Wahana Visi Indonesia (WVI), mitra pelaksana program KREASI di Halmahera Utara, telah memulai upaya baik ini dengan melaksanakan serangkaian pelatihan bagi 48 tenaga pendidik yang dipersiapkan untuk menjadi Master Teacher. Para tenaga pendidik ini nantinya akan menjadi pelatih bagi guru lain di sekolah masing-masing. Dalam rangkaian pelatihan tersebut, peserta mendapatkan materi mengenai bagaimana membuat kegiatan belajar-mengajar yang sarat akan literasi dan numerasi. Selain itu, ada juga materi mengenai kepemimpinan dan manajemen bagi tenaga pendidik yang berperan sebagai kepala sekolah. 

“Saya seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini. Setelah saya ikut pelatihan, saya jadi paham bagaimana mengintegrasikan numerasi dengan pelajaran Bahasa Inggris. Setelah ikut pelatihan, kami juga membuat rencana untuk melakukan pengimbasan materi literasi dan numerasi kepada guru lain,” ujar Rahman, salah satu guru MI di Halmahera Utara. 

Literasi dan numerasi menjadi sangat krusial untuk diintegrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar karena guru-guru sendiri masih menyaksikan ada murid di kelas lima atau enam SD yang masih belum terampil membaca, apalagi memahami isi bacaan. Bertolak dari fakta tersebut, guru-guru merasa perlu mengetahui cara mengintegrasikan aktivitas literasi dan numerasi dalam setiap mata pelajaran yang sebelumnya dirasa tidak saling berkaitan. 

“Kami jadi paham cara menstimulasi kognitif dan emosional anak itu berbeda-beda di tiap kelompok usia. Saya sudah coba terapkan apa yang didapat dari pelatihan. Beberapa waktu lalu, anak-anak belajar tentang cuaca pas sedang hujan. Anak-anak saya ajak untuk amati siklus air secara langsung di luar kelas dan mereka sangat senang. Ibu, mau belajar seperti ini lagi, kata anak-anak,” cerita Ella, seorang guru di salah satu TK yang didampingi program KREASI. 

Berbeda dengan konteks SD/MI, pendidikan pra-sekolah juga menjadi pijakan awal anak dalam literasi dan numerasi yang sebaiknya dikemas dalam kegiatan kelas yang menyenangkan namun mampu memberi stimulasi yang bermakna. 

Ella telah menjadi guru TK selama kurang-lebih empat tahun. Selama menjalani peran sebaga tenaga pendidik, ia merasa membutuhkan pendampingan yang dapat meningkatkan kualitas aktivitas belajar-mengajar di kelasnya. Materi-materi pelatihan program KREASI yang ia ikuti menjadi jawaban akan kebutuhan tersebut. Ia dapat mulai mengajar dengan cara yang lebih interatif, kreatif, dan sarat akan stimulasi-stimulasi yang bermanfaat untuk tumbuh kembang murid TK. Anak-anak yang hadir di kelas pun semakin antusias untuk belajar dan bermain dengan cara yang berbeda ini. 

 

Mewujudkan Sekolah yang Aman untuk Setiap Anak 

Selain pengembangan kapasitas tenaga pendidik, program KREASI juga fokus pada pengembangan sekolah yang aman untuk setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas. Karena tidak dapat dipungkiri, kekerasan terhadap anak kerap terjadi di lingkungan sekolah, baik di antara tenaga pendidik dengan murid maupun antar sesama murid. 

Bullying atau perundungan adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap anak yang umum terjadi di sekolah. Tak jarang, tenaga pendidik juga belum memiliki sensitivitas untuk menilai perundungan sebagai salah satu penyebab anak-anak merasa tidak semangat belajar bahkan ingin berhenti sekolah. Perundungan masih sering dinilai sebagai lelucon antar murid sehingga belum terbangun mekanisme pelaporan dan penanganan perundungan di sekolah. 

Salah satu murid MI di Halmahera Utara yang akrap disapa Amel (12 tahun) menceritakan, “Waktu kelas empat, saya pernah di-bully karena di kelas, hanya saya yang pakai kacamata. Dibilang saya monster. Kacamata saya dirusak atau dipecahin. Waktu itu saya merasa sedih,”. 

Perundungan yang Amel alami ditindaklanjuti oleh para tenaga pendidik di sekolah tersebut. Sejak saat itu, guru, kepala sekolah, dan murid lebih sadar tentang perundungan. “Sekarang sudah tidak di-bully lagi. Sekarang sudah ada bestie, satu kelas bestie semua,” ungkap anak perempuan yang saat ini sudah duduk di bangku kelas enam. 

Apa yang Amel alami di kelas empat SD seharusnya dapat dicegah. Selain kesadaran dan adanya mekanisme yang jelas untuk penanganan perundungan di sekolah, aktivitas-aktivitas pencegahan perundungan atau bentuk kekerasan lainnya sangat penting ditingkatkan. Sama seperti pepatah lama, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sekolah selayaknya menjadi tempat yang paling aman untuk anak-anak. Tenaga pendidik harus memahami bahwa kekerasan terhadap anak dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi masa depan anak. Oleh karena itu, upaya pencegahannya sangat penting dan utama. 

Implementasi program KREASI di Halmahera Utara akan mendorong terwujudnya sekolah ramah anak melalui langkah berikut ini: 

  1. Sosialisasi dan edukasi tentang TPPK (Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) di sekolah. 

  1. Mengembangkan mekanisme penanganan kasus perlindungan anak. 

  1. Meningkatkan anggaran untuk program perlindungan anak di sekolah. 

  1. Mendorong adanya regulasi mengenai perlindungan dan hak anak di sekolah. 

Upaya ini akan dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan orang tua, tokoh agama dan masyarakat, tenaga ahli, pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten. Setiap pihak patut terlibat karena setiap anak berhak untuk belajar dengan aman dan damai. 

 

 

Tentang program KREASI 

KREASI atau Kolaborasi untuk Edukasi Anak Indonesia, merupakan program yang didanai oleh Global Partnership for Education, dan dikembangkan bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agama, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional melalui Save the Children bersama mitra dalam konsorsium kolaboratif Mitra Pendidikan Indonesia (MPI). Wahana Visi Indonesia adalah mitra pelaksana program KREASI di Kabupaten Halmahera Utara. 

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive, WVI) 


Artikel Terkait