Menyehatkan Keuangan Keluarga-keluarga di Desa

Menyehatkan Keuangan Keluarga-keluarga di Desa

Mama Putry (34 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di salah satu desa di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebelum menjadi seorang staf di kantor pemerintah setempat, suaminya bekerja sebagai petani atau bekerja serabutan sehingga pendapatannya tidak menentu. Biasanya mereka menjual hasil ladang seperti jagung, pisang, ubi di pasar  atau menerima  panggilan untuk membantu orang. Semua pekerjaan ini dilakukan guna mendapatkan penghasilan yang dimanfaatkan untuk membiayai kebutuhan keluarga seperti biaya sekolah anak-anaknya. 

Tetapi penghasilan yang diperoleh pun tidak seberapa. Di desa tidak banyak orang membutuhkan hasil panen kecuali harus membawa hasil panen sampai ke kota. Ini juga menyebabkan keluarga ini mengalami kesulitan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Untuk mengatasi masalah keuangan keluarga, Mama Putry meminjam uang di koperasi simpan pinjam dengan bunga harian. Kehidupan ekonomi yang bergantung pada pinjaman koperasi harian berlangsung selama bertahun-tahun meskipun dengan bunga yang tinggi.   

Pada  tahun 2023 Mama Putry mengikuti pelatihan mengenai Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT) dan Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA) yang difasilitasi oleh GMIT dan Wahana Visi Indonesia. Dalam pelatihan, Mama Putry mulai tertarik dengan ASKA. “Beta su pikir, ASKA ini lebih baik dari koperasi o. Bunga katong yang tentukan sendiri, sonde sama ke koperasi,” tuturnya. 

Mama Putry kemudian bergabung dalam kelompok ASKA bernama Bes Oni. Menurut Mama Putry,  kelompok ASKA ini sangat membantu kehidupan keluarganya, khususnya dalam memenuhi kebutuhan anak. Di koperasi, nominal peminjaman yang tersedia biasanya lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan sehingga sangat memberatkan dalam pengembalian. Sedangkan di ASKA para nasabah bisa pinjam sesuai kebutuhan. “Kalau beta pung anak butuh tiga ratus ribu, beta son perlu pinjam tiga juta di koperasi. Uang tiga ratus ribu terpakai tapi sisanya beta deng suami pusing kasih kembali,” katanya.  

Mama Putry juga mengakui bahwa ASKA memiliki nilai tambah yang positif yakni, nasabah tidak hanya menjadi anggota untuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi sekaligus saling membantu antar sesama anggota. “Kalau di kelompok ASKA ini beta tabung bukan untuk beta pung diri tapi beta ju bantu ibu-ibu lain yang sama ke beta ju,” ujar ibu dari tiga anak perempuan ini. 

Mama Putry merasakan dampak kehadiran ASKA yang tidak saja membantunya untuk memenuhi kebutuhan anak, namun juga mengajarkan Mama Putry menabung dengan konsisten. Setelah satu tahun mengikuti kelompok ASKA, kini Mama Putry sudah lebih bisa mengatur ekonomi keluarganya dengan baik. Artinya, Mama Putry lebih bijak menggunakan uang karena ia juga harus menabung. Sekarang Mama Putry terus melanjutkan kelompok ASKA, bahkan dipercayakan tugas menjadi sekertaris dalam kelompok ASKA Bes Oni. 

“ASKA ini, setelah satu tahun beta ikut, kalau mau bilang, ASKA ini dari kita dan untuk kita. Apalagi bulan Januari anak mau mulai sekolah, beta su bisa pinjam ko beli buku, pensil, deng bolpoin untuk beta pung anak,” pungkasnya. 

 

 

 

Penulis: Maria Fridolin Nesi (Fasilitator Pengembangan GMIT, mitra operasional WVI di Kabupaten Kupang) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait