Perempuan yang Berhasil Mengubah Ketidaknyamanan Jadi Kesuksesan
![Perempuan yang Berhasil Mengubah Ketidaknyamanan Jadi Kesuksesan](https://wvi-main.wahanavisi.org/userfiles/post/67a593277afe4.png)
Kedekatan antara orang tua dengan anak sangatlah penting. Keterampilan mengelola emosi dan konflik, serta resiliensi seorang anak selalu berawal dari hadirnya sosok orang tua yang mengiring setiap tantangan yang anak hadapi dan setiap solusi yang anak temui. Ketika seorang anak merasa orang tuanya tidak terjangkau, maka berjuang menjalani hidup sendirian jadi satu-satunya pilihan. Orang tua yang absen sebenarnya membuat anak berada dalam kondisi yang sangat rentan. Kerentanan seperti ini seringkali luput dari perhatian orang-orang yang berada di lingkungan terdekat karena cenderung tersembunyi dalam hati seorang anak.
Ketika pijakan dasar seorang anak tidak terpenuhi, maka lingkungan terdekat dengan anak yang menentukan apakah anak tersebut dapat bertumbuh menjadi manusia yang berdaya. Bila anak dapat menemukan seseorang atau kelompok yang dapat mengisi kekosongan sosok ayah dan ibu, maka anak dapat lebih mudah memroses segala sesuatu yang terjadi di dalam dan di luar dirinya. Hal inilah yang dialami oleh salah satu mantan wakil anak Wahana Visi Indonesia dari Surabaya, Jawa Timur.
“Sampai SMP itu aku masih minder karena merasa tidak ada yang support. Ragu sama diri sendiri. Sempat merasa sebagai anak yang tidak ditunggu oleh orang tua. Mau ambil rapor saja bingung karena tidak ada yang temani,” cerita Ria, saat ini berusia 29 tahun.
Berdamai dengan Ketidaknyamanan
Tidak ada yang menyangka kalau Ria, yang sekarang seorang ibu bekerja sekaligus berwirausaha, melalui masa anak-anak yang kurang nyaman. Sejak kecil, ia sudah harus jauh dari orang tua karena merantau ke Banten. Daerah tempat tinggalnya pun bertetangga dengan lokalisasi Gang Dolly. Pergaulan bebas, perjudian, dan penyalahgunaan narkotika jadi fakta sehari-hari yang harus Ria jalani. Ia tumbuh sendirian. Di tengah pergaulan dengan teman sebaya Ria juga sering tidak “terlihat”. Fisiknya ada, namun mungkin tidak ada teman yang memperhatikan dirinya. “Seperti tidak ada telinga yang bisa mendengar apa yang mau aku sampaikan. Aku tumbuh dengan sendirinya,” ungkapnya.
Dalam situasi serentan ini, mudah saja bagi Ria menjerumuskan masa remajanya ke hal-hal negatif. Ada begitu banyak alasan Ria terbawa arus pergaulan yang tidak benar demi melarikan diri dari kesepian. “Tapi aku mengingat orang tuaku sampai harus merantau untuk penuhi biaya hidupku. Aku tidak menyalahkan orang tuaku juga karena kondisinya memang begini. Jadi aku memilih untuk menyibukkan diri dengan hal positif. Ikut OSIS di sekolah, ikut KBA (Kelompok Belajar Anak) dan Forum Anak yang WVI fasilitasi saat itu,” tutur perempuan yang berprofesi sebagai sekretaris di salah satu organisasi di Surabaya.
Di usia SD, KBA menjadi kegiatan yang menemaninya mengerjakan tugas sekolah dan mengakses berbagai les pelajaran. Menjelang remaja, Forum Anak membuat Ria tidak merasa sendirian dan belajar lebih peduli dengan sesama. Ketika menjadi mahasiswa, salah satu proyek singkat bernama Student Company membuka wawasan Ria akan dunia wirausaha. Dalam berbagai fase kehidupannya sebagai anak hingga dewasa muda, Ria berhasil memroses ketidaknyamanannya. Di sisi lain, pendampingan yang WVI lakukan menjadi koridor yang membantu Ria mengisi masa anak-anaknya dengan banyak hal positif.
“Bagiku, dulu itu les pelajaran adalah sesuatu yang mahal. Tapi aku bisa ikut KBA sepulang sekolah, belajar Bahasa Inggris dan mata pelajaran gratis. Di Forum Anak, aku belajar cara mengungkapkan pendapat dan perasaan dengan baik serta bisa jadi peer educator atau teman curhat sebaya. Waktu kuliah, WVI libatkan dalam proyek mengenai kewirausahaan yang menjadi bekal untuk merintis wedding organizer miliki sendiri,” ujar lulusan Fakultas Manajemen dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Bermanfaat untuk yang Terdekat
Menjadi seorang anak yang mengalami perubahan, mimpi Ria kini adalah menjadi orang yang bermanfaat mulai dari yang terdekat. Ia berkaca pada para pendamping Forum Anak serta staf WVI di Surabaya yang telah membagikan manfaat untuknya. Baginya, memberi manfaat pada orang terdekat tidak perlu muluk-muluk. “Menjadi teman yang mendengar saja sudah bisa memberi manfaat. Seperti dulu pendamping Forum Anak membuatku merasa ada teman yang mendengarkan, mengarahkan, dan mengingatkan untuk terus hidup dengan visi-misi yang positif,” ungkapnya.
Perubahan ia terapkan mulai dari keluarganya saat ini. Ia menyelesaikan kepahitan masa kecil dan mengupayakan kenyamanan dalam keluarga. “Dulu WVI ajarin empat hak dasar anak, sekarang aku terapin ke anakku. Mulai kasih ruang ke anakku dan mendengar pendapatnya. Aku ikut kelas parenting dan aku edukasi ibuku supaya pengasuhannya sama,” tutur ibu dari seorang anak yang berusia empat tahun ini.
Ria juga memperluas manfaatnya bagi sesama dengan membuka kesempatan kerja bagi mahasiswa. Para mahasiswa bisa bekerja lepas di Solusi Acaraku, usaha wedding organizer miliknya. Termotivasi dari pengalamannya yang bisa lulus kuliah karena dapat penghasilan sebagai pekerja lepas, Ria membantu mahasiswa di lingkungannya yang membutuhkan penghasilan tambahan. “Percuma aku bergelar kalau orang di sekitarku masih lapar, masih tidak berpendidikan,” tegasnya.
“Aku dulu mendapat pengalaman berharga melalui WVI. Bisa belajar di luar jam sekolah, belajar public speaking yang sampai sekarang masih terpakai bahkan bisa jadi sumber penghasilan, bisa lewatin wawancara waktu ajukan beasiswa sekolah, bisa ikut Asia Youth Forum di Jepang tahun 2017, dan banyak lagi. Aku sudah mencapai mimpiku satu-satu, jadi sekarang mimpiku bukan lagi soal pencapaian tertentu, tapi terpenting jadi pribadi yang membawa dampak buat orang lain,” ujar Ria.
Berbagi Kebijaksanaan Hidup
Keunikan perjalanan hidup Ria membuatnya tidak hanya memiliki wawasan yang luas, tapi juga hati yang peduli. Ia telah berhasil menjadi perempuan dewasa yang berdaya dan Wahana Visi Indonesia sangat bahagia dapat menjadi bagian dari hidup Ria. Kini ia dapat merefleksikan hidupnya dan menemukan banyak kebijaksanaan dalam hidup.
“Segala sesuatu itu tidak bisa dibangun sehari-dua hari. Harus mulai dari hari ini, dari diri sendiri. Kalau ada anak muda yang sekarang sedang ada di lingkungan yang tidak nyaman, mari berubah, jangan bertahan di kondisi yang sama terus-menerus,” pesan Ria. Ia pun mendorong orang dewasa lain untuk menciptakan lingkungan yang ramah anak. Orang dewasa bertanggung jawab sebagai role model bagi anak-anak. “Karena anak itu mencontoh orang dewasa. Kalau orang dewasanya ke arah yang kurang baik, sedikit banyak anak akan meniru. Jadi orang dewasa yang bijak, bisa dicontoh anak-anak di sekitar kita,” pungkasnya.
Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive)