Perpustakaan Desa Jadi Sumber Informasi Layak Anak

Perpustakaan Desa Jadi Sumber Informasi Layak Anak

Untuk bisa mendukung implementasi program Desa Layak Anak, pemerintah salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia di Kabupaten Bengkayang merasa perlu menyediakan akses informasi yang layak anak. Anak-anak pada dasarnya membutuhkan akses terhadap informasi yang benar dan bermanfaat untuk perkembangan mereka. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak terpapar informasi yang justru membahayakan perkembangan fisik, mental, dan sosial mereka. Namun di banyak desa akses terhadap informasi yang layak anak masih menjadi salah satu tantangan yang kita hadapi di tengah gempuran teknologi dan media sosial. Hal ini terjadi juga di salah satu desa dampingan WVI di atas, tempat di mana seorang anak perempuan bernama Laras tinggal. 

Berhadapan dengan hal ini, WVI bekerja sama dengan Pemerintah Desa berkolaborasi untuk membangun perpustakaan desa. Hal ini juga merupakan bagian dari upaya mengimplementasikan peraturan desa mengenai perlindungan anak di mana desa wajib menyediakan informasi layak anak. WVI juga kemudian bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Kabupaten Bengkayang untuk melatih masyarakat desa mengenai cara mengelola sebuah perpustakaan dengan baik. 

“Dulu saya bingung harus ke mana jika mencari informasi terkait tugas-tugas sekolah. Selain itu, saya tidak bisa menyalurkan hobi membaca saya karena di desa kami belum ada perpustakaan desa. Informasi yang saya dapat dari internet pun belum tentu benar dan sesuai dengan usia saya,” ungkap Laras, yang juga adalah salah seorang anggota Forum Anak di desanya.  

Adanya perpustakaan desa ini membawa dampak positif untuk anak-anak lain di desa. Anak-anak kemudian bisa mengakses informasi yang layak anak melalui buku-buku yang tersedia di Perpustakaan Desa. "Saya sering datang ke perpustakaan. Di perpustakaan, saya bisa membaca buku yang saya inginkan dan mendapatkan ketenangan saat membaca. Apalagi setiap tahun kami dapat bantuan buku-buku bacaan baru dari Dinas Perpustakaan. Pengetahuan kami juga semakin diperbaharui dengan adanya buku-buku baru tersebut," ujar anak perempuan berusia 13 tahun ini. Perpustaakan menjadi ruang belajar sekaligus menemukan hal-hal baru. Selain itu, gedung perpustakaan desa juga menjadi lokasi bagi Forum Anak untuk berkegiatan seperti pertemuan rutin dan sosialisasi mengenai berbagai isu perlindungan anak.  

Ketika ditanya tentang jenis buku yang paling ia nikmati, Laras mengatakan bahwa ia lebih suka membaca kisah-kisah perjalanan hidup seseorang. "Saya termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan terbuka terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan saya," ujar Laras.  

“Sekarang, juga makin banyak anak yang datang ke perpustakaan karena ini tempat yang menyenangkan. Kalau ada teman yang tidak sibuk di rumah, saya ajak untuk membaca buku di perpustakaan," ujar Laras. Ini menunjukkan bahwa Laras tidak hanya menikmati hobinya sendirian, tetapi juga ingin berbagi pengalaman positifnya dengan anak lain. 

Dari hobinya membaca, Laras berharap bisa meningkatkan kemampuan berpikir dan memperluas pengetahuan. "Selain itu, saya juga berharap desa kami bisa menjadi desa yang layak anak dengan adanya perpustakaan desa," ujarnya. Laras juga memiliki harapan untuk menjadi lebih pintar dan berpengetahuan, serta mencapai cita-cita besar dalam hidupnya, seperti menjadi guru, polisi wanita, atau perawat. 

 

 

 

Penulis: Lolita Octavienty (Fasilitator Pengembangan PPA TIKA), Kori Kornelia (Sponsorship Information Officer WVI), Mira (Finance PPA TIKA) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait