Suara Anak Jadi Solusi Masalah Gizi

Suara Anak Jadi Solusi Masalah Gizi

Saat ini, masih ada masyarakat Indonesia yang meragukan potensi seorang anak. ‘Masih anak-anak bisa apa’ adalah contoh yang umum diungkapkan. Karena masih hidup bergantung pada orang tua, anak seringkali dianggap belum berhak berpendapat. Jika berpendapat, maka jarang ada orang dewasa yang mendengar suara anak. Status sebagai anak-anak malah jadi batasan, sedangkan kesadaran keluarga dan masyarakat akan hak anak sulit berubah. 

Situasi seperti ini memangkas harapan setiap anak untuk mencoba mengembangkan potensinya. Berada dalam lingkungan yang menganggap “anak memang belum bisa apa-apa" akhirnya benar-benar mengerdilkan potensi besar yang setiap anak miliki, menghilangkan hak yang seharusnya dipenuhi. 

Padahal, orang tua, pengasuh, pemerintah, tokoh masyarakat dan agama, serta pihak lain juga mengetahui bahwa anak-anak adalah generasi masa depan. Seharusnya penentu masa depan ini mendapat semua haknya. Bila tidak, bukan hanya anak dan lingkungan terdekatnya yang dirugikan, tapi juga seluruh masyarakat, seluruh negara, bahkan seluruh dunia. 

“Hari ini saya adalah anak, besok saya adalah salah satu pemimpin. Jadikan saya subjek pembangunan, bukan objek pembangunan,” ungkap Anne, seorang anak perempuan dari Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Jika Indonesia ingin mencapai mimpi menjadi negara yang lebih baik, maka setiap anak harusnya dapat mengungkapkan kalimat selantang yang Anne ucapkan. 

 

Membuka Ruang untuk Potensi Setiap Anak 

Wahana Visi Indonesia mengupayakan terbuka ruang sebanyak-banyaknya agar setiap anak dapat berpartisipasi dan mengembangkan potensinya. WVI memiliki mimpi besar agar mulai dari rumah hingga pemerintah pusat, seluruhnya mulai memandang seorang anak sebagai agen perubahan. Orang tua, tenaga pendidik atau kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya mulai menjadikan anak-anak sebagai individu yang penting, berhak berpartisipasi dan bersuara dalam pembangunan negara. Oleh karena itu, keberadaan Forum Anak sangat berarti bagi WVI. Forum Anak mampu menghimpun dan memperluas jangkauan suara anak-anak yang paling rentan. 

Anne adalah salah satu dari sekian banyak anak yang tergabung dalam Forum Anak. Saat ini, Anne berusia 17 tahun. Perjalanan aspirasinya sudah sampai ke tingkat pemerintah nasional tapi ia sendiri mengakui kalau semua berawal dari rumah. Bagi Anne, ia diasuh oleh orang tua yang hebat karena memberikan ruang untuk anak berekspresi tanpa melepas kendali. “Seorang anak akan tumbuh luar biasa dalam didikan orang tua yang hebat. Tumbuh dalam keluarga yang sederhana bukan berarti terhalang tembok besar menuju keberhasilan. Saya bangga pada ayah saya, ia selalu mengajarkan untuk berani mengambil risiko dibanding terjebak dalam angan tak pasti,” cerita Anne. 

Ayah Anne, bekerja sebagai penjahit di sebuah desa di Kabupaten Manggarai, namun memiliki pola asuh yang mengajarkan Anne untuk bermimpi besar. Dari sosok ibunya, Anne belajar mengenai keyakinan. “Dari ibu saya belajar, jika memiliki dasar niat yang kuat dan yakin, maka Tuhan selalu ada untuk membukakan jalan,” tuturnya. Sedangkan dari Forum Anak, Anne belajar menjadi pribadi yang kritis, memiliki aspirasi dan melakukan advokasi, serta menjadi anak yang berhasil membawa perubahan untuk anak-anak lain. 

Karena Forum Anak, Anne juga bisa berkunjung ke Jakarta, mewakili aspirasi anak-anak dari Manggarai saat peluncuran kampanye ENOUGH yang diusung oleh Wahana Visi Indonesia. Pada 27 Februari 2025 ini, Anne juga akan berpartisipasi dalam Side Event: 12th Asia-Pacific Forum for Sustainable Development, “Reaching the Unreached: Inclusive Solutions for Child Health & Nutrition in Asia-Pacific". Kegiatan ini difasilitasi oleh World Vision. Anne menjadi perwakilan anak Indonesia yang akan memaparkan hasil Child-Led Research (CLR) mengenai isu gizi dan kesehatan anak. 

 

Advokasi yang Berbuah Menjadi Aksi 

Anne mulai aktif sebagai anggota FAKAM (Forum Anak Kabupaten Manggarai) sejak 2021. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai Wakil Ketua FAKAM. Berbagai kegiatan FAKAM, baik pengembangan kapasitas maupun pertemuan rutin, didampingi oleh Wahana Visi Indonesia dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Manggarai. 

Salah satu kegiatan penting dalam Forum Anak adalah penyusunan rencana kerja tahunan. Anne bersama teman-temannya menyusun program kerja yang berdasar pada hak-hak anak. Sebelum menyusun, ia mengobservasi situasi anak di Manggarai. Isu anak apa yang penting dan mendesak untuk segera ditangani. Dari observasi tersebut, FAKAM menyusun program kerja dua tahun yang kemudian dipaparkan pada pemerintah kabupaten. 

Tidak hanya diam, Pemerintah Kabupaten Manggarai memilih untuk menanggapi program kerja FAKAM dengan serius. Bupati mengundang FAKAM untuk memaparkan program kerjanya di hadapan jajaran pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).“Saat itu, program kerja FAKAM segera diserahkan ke Bupati untuk dapat ditindaklanjuti,” imbuh Anne. 

Dukungan penuh dari pemerintah setempat memberikan kepercayaan diri yang lebih besar bagi Anne dan anggota FAKAM. Anak-anak ternyata mampu bersuara dan suara ini berharga di mata pemangku kepentingan. Satu per satu program FAKAM terealisasi misalnya, sosialisasi-sosialisasi mengenai Kartu Identitas Anak, bijak bermedia sosial, tertib berlalu lintas, stunting dan kesehatan reproduksi, hingga pembentukan Forum Anak di tingkat kecamatan dan desa. Semua program tersebut berkolaborasi dengan dinas terkait seperti, Dispenducapil, Diskominfo, Dinas P3A, Dinas Perhubungan, dan Dinas Kesehatan. 

Anne dan anggota FAKAM lainnya juga terlibat dalam penyusunan CLR dengan skala nasional. Penelitian ini menyasar dua aspek penting dalam hidup anak yaitu, perlindungan dan kesehatan, serta bagaimana korelasi keduanya berdampak pada angka stunting di Indonesia. Hasil penelitian ini pun mendapat respon positif dari pemerintah kabupaten. Dinas P3A mengajak Anne dan anggota FAKAM mendiskusikan dan membedah hasil CLR, lalu membawanya hingga ke Bupati. Dengan sigap, Bupati langsung mengeluarkan Surat Rekomendasi mengenai hasil penelitian anak yang wajib ditindaklanjuti oleh dinas-dinas terkait. Bupati pun mengeluarkan surat kepada dinas-dinas untuk memastikan anggaran perlindungan anak di desa, kesehatan anak di sekolah, pemenuhan gizi anak, dan kesehatan reproduksi anak. “Kebaikan akan selalu menemui jalannya,” ujar Anne. 

 

Anne Peduli dengan Gizi Anak-anak di Indonesia 

“Mengenai isu gizi ini, saya dan teman-teman sudah memiliki data yang kuat melalui CLR. Sehingga tugas kami sekarang adalah menyuarakan hasil penelitian kepada masyarakat luar dan pemerintah. Pemerintah dapat membuat, mengubah, dan meninjau kembali regulasi mengenai pemenuhan gizi anak dan penanganan stunting. Masyarakat juga dapat memiliki pemahaman dan pengetahuan yang tepat mengenai pemenuhan gizi anak. Sehingga isu gizi tidak semakin memburuk, dan di masa depan, Indonesia memiliki kualitas generasi bangsa yang baik,” ujar Anne, jelas dan tegas. 

Anne memilih untuk peduli dan memperjuangkan kesehatan anak-anak di sekitarnya dengan jalur advokasi. Ia prihatin dengan data penimbangan di Kabupaten Manggarai yang masih mencatat sebanyak 2.791 balita mengalami stunting (Sumber: Data Dinas BP2KB Kab. Manggarai, Agustus 2024). Oleh karena itu, sebagai seorang anak, ia dan FAKAM mengupayakan berbagai program agar lingkungannya berubah, mulai dari anak-anak sendiri, orang tua, pengasuh, hingga pemangku kepentingan. 

“Sebagai anak dan remaja kita memliki peran besar untuk generasi yang akan datang. Stunting bisa kita cegah dengan kesiapan menjadi orang tua. Siap secara jasmani yaitu, alat reproduksinya sudah tumbuh sempurna. Juga siap mental. Sejak remaja harus mempersiapkan diri menjadi ibu yang sehat untuk melahirkan anak yang sehat.  Sejak remaja rutin mengonsumsi Tablet Tambah Darah, paham mengenai gizi anak dan dampak jangka panjang terhadap gizi yang tidak terpenuhi, sehingga selama kehamilan nanti bisa memperhatikan asupan makanan bergizi cukup agar bayi yang lahir sehat, terhindar dari stunting,” imbau Anne. 

Advokasi Anne dan teman-teman FAKAM membuahkan peraturan daerah mengenai pencegahan perkawinan usia anak dan penurunan kasus stunting. Bupati Kabupaten Manggarai menyasar kedua isu yang saling berkaitan ini agar rantai permasalahan anak stunting atau gizi kurang dapat terputus. Namun, pekerjaan ini bukan hanya menjadi beban Anne, Forum Anak, atau pemerintah saja. “Jika semua sektor pemerintah dan masyarakat mampu menjalin kerja sama yang baik, sangat mungkin permasalahan gizi anak dan stunting dapat diatasi,” pungkas Anne. 

Anne membuktikan bagaimana seorang anak dapat menjadi penggerak dan penyumbang perubahan untuk daerahnya. Suara anak membutuhkan telinga-telinga yang mau mendengar dan hati yang mau berubah. Anak-anak membuktikan bahwa mereka mampu menjadi warganegara yang berkontribusi untuk kesejahteraan bersama. Berbagai isu anak terbukti menemukan jalan keluar ketika anak-anak bersuara, termasuk isu pemenuhan gizi anak yang paling rentan.  

 

 

Penulis: Hilaria Kurniati Meot (Koordinator Program kantor operasional WVI di Kabupaten Manggarai), Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait