1 dari 4 Bayi di Kalbar Kurang Gizi, BKKBN Gandeng PASTI Tekan Stunting
Pemaparan program PASTI dalam upaya mengurangi angka stunting. Foto: Ocsya Ade CP/detikKalimantan
Pontianak - Stunting masih menjadi tantangan besar pembangunan manusia di Indonesia. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting pada bayi di Kalimantan Barat (Kalbar) mencapai 26,8 persen atau sekitar satu dari empat bayi.
Menurut Sekretaris Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalbar Rindang Gunawati, angka ini mencerminkan masih tingginya kasus kekurangan gizi kronis yang berdampak langsung terhadap perkembangan otak, kesehatan, hingga produktivitas ekonomi anak di masa depan.
"Masalah stunting tidak hanya soal asupan makanan, tapi juga pola pengasuhan, layanan kesehatan, dan kesadaran keluarga sejak masa pranikah," ungkap Rindang, Kamis (16/10/2025).
Rindang menegaskan bahwa percepatan penurunan stunting memerlukan sinergi antar sektor dan pendekatan berbasis komunitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan dengan menggandeng Wahana Visi Indonesia (WVI) melalui programnya.
Program ini fokus pada intervensi gizi lokal, edukasi remaja, dan penguatan kelembagaan daerah untuk mempercepat penurunan stunting sesuai dengan strategi nasional.
"Kami percaya bahwa pemenuhan gizi dan kesejahteraan anak bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, kami menjalankan kerja sama dengan kader dan remaja sebagai agen perubahan di tingkat desa hingga kabupaten untuk memperkuat sistem lokal," jelasnya.
Menurut Hotmianida, upaya penurunan stunting di sejumlah wilayah Kalbar sudah menunjukkan hasil positif melalui Program PASTI. Hingga September 2025, Program PASTI telah menjangkau 2.901 orang dewasa dan 996 anak di Kabupaten Kubu Raya, Sambas, Bengkayang, dan Sekadau.
Sebanyak 249 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih dan meningkatkan 94,5 persen pengetahuan masyarakat. Selain itu, 113 remaja peer educator berhasil memberikan pelatihan tentang kesehatan remaja, gizi, pencegahan anemia, dan stunting kepada lebih dari 700 remaja usia 15-19 tahun.
Ia menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan sangat adaptif terhadap kebutuhan lokal dan berbasis data serta budaya masyarakat setempat. Salah satu bentuk intervensi yang dilakukan adalah kelas Pos Gizi DASHAT, yang menyasar balita dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
"Melalui sesi edukasi dan praktik memasak berbasis bahan pangan lokal, program ini berhasil meningkatkan berat badan anak dan ibu hamil," kata Hotmianida.
"Berat anak saya naik sekitar 500 gram setelah ikut kegiatan. Sekarang saya lebih paham soal menu sehat, dan keluarga juga ikut bantu saat makan bersama," tuturnya.
Perubahan paling terasa juga dirasakan Elis. Menurut dia, kelas yang diikuti dari program ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat soal gizi dan pola pengasuhan.
"Masyarakat menyambut kegiatan ini dengan semangat karena mereka merasakan manfaatnya. Dulu banyak yang hanya fokus membuat anak kenyang, sekarang mulai sadar pentingnya gizi seimbang," ujar Elis, salah satu kader yang tergabung dalam program.
Komitmen pemerintah daerah juga menjadi kunci dalam keberhasilan program. Di Kabupaten Kubu Raya, program ini sudah terintegrasi dalam dokumen perencanaan daerah seperti RJMD dan renstra perangkat daerah.
"PASTI memperkuat kerja kami dalam pelatihan kader dan pendampingan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), dengan pendekatan yang berbasis data dan perubahan perilaku," ujar Ica Rusmi Julhizati, perwakilan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Perempuan (DPPKBP3A) Kabupaten Kubu Raya.