Arisan WC, Cara Kreatif Warga Gotong-Royong Bangun Jamban Sehat

Arisan WC, Cara Kreatif Warga Gotong-Royong Bangun Jamban Sehat

Sebuah desa yang tak jauh dari wisata Batu Jatoh di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, mencatat sejarah pada 13 Desember 2025. Desa ini secara resmi dideklarasikan sebagai desa pertama di kabupaten tersebut yang mencapai status Open Defecation Free (ODF). 

ODF berarti setiap rumah tangga di desa tersebut sudah memiliki dan menggunakan jamban sehat, sehingga tidak ada lagi praktik buang air besar sembarangan di lingkungan terbuka. 

Pencapaian ini bukan hasil dari program instan, tetapi buah dari sebuah inisiatif kreatif bernama "Arisan WC" yang dijalankan dengan semangat gotong royong selama bertahun-tahun.

Arisan WC, Beda dari Arisan Umumnya

Arisan WC adalah mekanisme gotong royong yang digagas untuk membantu rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat. Konsepnya berbeda dengan arisan pada umumnya yang mengumpulkan uang. 

Arisan WC mengumpulkan tenaga dan sumber daya bersama-sama. Inisiatif ini berjalan dari tahun 2012–2015, dan menjadi tulang punggung perubahan di desa tersebut.

Kaur perencanaan desa, Yonis Musa, menjelaskan menjelaskan bahwa Arisan WC  lahir pemahaman masyarakat masih kurang dalam membuat WC sehat. “Karena masyarakat itu kemampuannya tidak paham membuat WC. Kalau sendiri mengerjakannya tidak akan bisa,” kata Yonis, dalam media trip Wahana Visi Indonesia di Kabupaten Sekadau, Kamis (25/9/2025). 

Pelaksanaannya dilakukan per Rukun Tetangga (RT). Setiap RT mengidentifikasi rumah mana yang belum memiliki WC. Warga kemudian berkumpul untuk secara bergotong royong membantu menggali septic tank dan membangun struktur dasar WC secara bertahap. 

"Jadi arisan wc itu tidak berupa uang, tapi tenaga masyarakat. Jadi tenaga, kemudian pembangunannya itu dilakukan bersama," tambah Yonis. 

Untuk komponen teknis seperti kloset, pipa, atau besi beton yang tidak bisa diproduksi lokal, Wahana Visi Indonesia (WVI) sebagai pendamping program ODF memberikan bantuan pelatihan dan material. Satu kelompok arisan biasanya terdiri dari sekitar 20 orang yang bergantian membantu hingga WC di satu rumah selesai.

Hadapi Sejumlah Tantangan

Proses membangun WC tidak selalu mulus. Ada sebagian warga yang menolak dengan alasan merasa dibebani atau menganggap WC bukan prioritas. Menghadapi penolakan ini, Pemerintah Desa tidak memaksa, tetapi menggunakan pendekatan persuasif dan keteladanan.

Sang kepala desa Anto, memaparkan strateginya, "Kami punya strategi, kadang kami membandingkan dengan desa-desa lain, mengatakan bahwa desa lain sudah menggunakan WC, jadi dari sana mereka terpacu untuk tidak mau kalah, akhirnya mau menggunakan WC. Secara tidak langsung ini menimbulkan perlombaan di masyarakat."

Pendekatan lain adalah dengan turun tangan langsung. Tidak jarang Kepala Desa dan perangkat desa ikut serta mengangkut material dan menggali tanah bersama warga. Yonis Musa menegaskan pentingnya tindakan nyata ini, "Karena kalau kita menolong masyarakat, kalau kita mengatur pakai mulut saja, barang itu tidak akan berjalan, tapi kalau melihat tindakan kita, harapannya bisa memberi contoh."

Bagi warga yang benar-benar tidak mampu secara finansial, iuran untuk membeli material juga dibuat fleksibel. "Jadi kalau masyarakat belum punya uang juga bisa dicicil 10 ribu, 5 ribu sesuai kemampuan. Karena kami juga mempertimbangkan kondisi masyarakat yang mengalami kondisi sulit. Sehingga akhirnya kita terima juga," jelas Kepala Desa Anto. 

Jika ada kekurangan biaya setelah iuran terkumpul, selisihnya menjadi tanggung jawab pemilik rumah berdasarkan kesepakatan.

Deklarasi ODF: Kemenangan Besar Warga Desa

Puncak dari perjuangan panjang itu adalah deklarasi ODF pada 13 Desember 2025. Perayaan dilangsungkan dengan meriah di pusat desa. Masyarakat dari seluruh penjuru desa berkumpul untuk merayakan keberhasilan kolektif ini. 

Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Sekadau, perwakilan kecamatan, Wahana Visi Indonesia, serta dinas-dinas terkait dari tingkat provinsi. Suasana sukacita menyelimuti desa, menandai sebuah pencapaian besar dalam meningkatkan kualitas hidup.

Dampak paling nyata dari status ODF ini adalah penurunan drastis penyakit menular yang ditularkan melalui lingkungan. Kepala Desa Anto mengatakan, "Dulu selama kemarau muncul wabah muntaber, tapi semenjak ODF penyakit ini tidak pernah muncul. Dulu sampai memakan korban jiwa, sebelum 2010."

Kini, dengan lebih dari 700 kepala keluarga yang memiliki WC sendiri dan didukung oleh jaringan air bersih yang telah menjangkau hampir seluruh desa sekaligus telah berhasil memutus mata rantai penyebaran penyakit. 

Mereka tidak hanya bebas dari buang air besar sembarangan, tetapi juga menikmati lingkungan yang lebih bersih dan sehat, membuktikan bahwa gotong royong melalui Arisan WC mampu membawa perubahan yang nyata dan berkelanjutan.


Related Articles